Oleh Riko Putra

Puisi Riko Putra


Tidak disembunyikan rintik rindunya
Kepada bunga yang entah


Terang-terangan saja
Dibiarkannya diam-diam rekah


Dicurahkannya semua yang ada
Diserap tanah yang hanya terus merah


Padang, 2021  


Tergenang



Mundur iya
Maju iya
Kena tidak

Sementara diam adalah mati!

Padang, 2021


Jangan Lagi



Saya hanya menulis puisi
Suka menyenanginya berulang-ulang, untuk dapat terulang, dan menjadikannya tidak ada yang terbuang
"Jejak-jejak kupungut pulang"

Jangan saya dihardik lagi
Jangan saya dihakimi lagi
Saya juga batu yang dapat tergores, bisa terkikis tetes demi tetes air yang jatuh sedikit demi sedikit. Tapi pasti
Hanya itu!
yang saya juga ragu-ragukan

Padang, 2021


Sandiwara



Ada tawa yang harus keluar dari kantong wajah sebagai sandi kumpul bersama
Berpura-pura yang sebenarnya atau sepenuhnya tidak lucu sama sekali seperti melebarkan senyum, mengangkat suara tertawa lebih nyaring lagi di dalam kamera. Barangkali

Lucu itu terlanjur menjelma badut menahan tawa perihal diri yang sebetulnya tidaklah imut
Mengasikkan gelak, gelagat yang dibencinya sendiri
Seperti menang panggung dengan penonton boleh melempar tampar, tepat di wajah.
Dalam hati ia berkata: tertawalah sayang,
Betapa lucunya saya ini

Padang, 2021

*tidak ada judul*

(fa)
Aku berlatih,
Kuat bertahan berjuang menyelesaikan tugas-tugas, kita.
Tidak membuatmu berkesempatan bertanya apa bagian terpenting bagimu untukku.
Pastikan senyummu dari ikhlas paling tulus pada Lillah lelahku, untukmu.

Kemudian aku akan mulai berpikir kita magnet yang berseberangan kutup, yang di antaranya jembatan saling hubung, yang tarik menarik

"Jembatan itu rasa yang dibangun dari keyaqinan kuat oleh seluruh manusia di bumi, mengikatnya erat, dari satu tiang ke tiang lainnya,
dan tiang itu ialah cara yang menopang kita untuk saling terhubung"

Padang, 2021


Post a Comment