Oleh Lusi Anggraini




Hari-hari adalah air mata yang berlari

Merambah segala bukit segala lembah


Api 

Asapnya memerihkan mata

Panas baranya dapat dirasa

Jejaknya membekas dari perubahan warna-warna


Hujan 

Airnya menyejukkan kalbu

Siklus turunnya kasih sayang dan kerinduan

Jatuhnya kebahagiaan


Apa mungkin hari-hariku hanya air mata?

Kesedihan ini seolah-olah dirasakan secara alami


Amarah

Uapnya melukai banyak hati 

Air benih itu keluar tanpa ada aba-aba

Ia hadir karna kalbu yang terluka

Amarah, sedih, kecewa, gambaran penghianatan

Lambang luka, kesunyian dan bayangan rasa bersalah

Mereka hadir dalam satu masa

Berlari-lari di kepala ku

Lukanya terus tumbuh dalam berbagai warna-warni kehidupan

Meski bahagia telah dirasa

Namun bekas luka masa lalu tetaplah berbekas


Hujan

Di bawah rintikanmu

Ada yang senada kamu

Keluar dari mataku

Kau teman, sahabat dan kaulah hatiku

Dikala tiada satu manusia pun yang mengerti


Akan kah bahagia yang sesungguhnya itu akan hadir?

Apakah bekas luka itu akan mengeluarkan dendam?

Sungguh aku merasa takut

Dendam yang akan membara dalam kalbu hingga ia akan buta

Hati kecil selalu berharap akan takdirmu

Aku percaya dan yakin kau maha melihat dan tiada tidur

selalu mengawasiku dan sungguh engkau Maha Pemberi kasih sayang

Aku yakin akan takdirmu namun keadaanya jauh berbeda

Dan belakang dengan apa yang aku harapkan

Apa mungkin? Dan kapankah waktunya?


Solok Selatan, 2021


Post a Comment